TUGAS KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN
TUGAS KE-4
Diskusi Kelompok
Nama : Febrika Fitro T
NPM : 1D514190
Jurusan : Psikologi
Kelas : 1PA20
Mata Kuliah : Pengembangan Kreativitas & Keberbakatan
Anggota Kelompok Diskusi:
- Amellia Damaiyanti
- Bella Pratiwi
- Chica Desi Nada
- Febrika Fitro Turohmah
- Fitra Faizani Andiana
- Harini Mahardwiani
- Machwinda Brilianti
- Nenny Sri Rahayu
- Pratiwi Indy Lestari
- Riezky Juliandra Rizally
SOAL :
A. Keberbakatan dan Kreativitas
- Jelaskan pengertian keberbakatan!
- Jelaskan pengertian kreativitas!
- Jelaskan hubungan pengertian keberbakatan dan kreativitas
B.Pembelajaran Anak Berbakat
- Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri anak berbakat!
- Jelaskan penerapan pembelajaran anak berbakat menurut teori Barbe & Renzulli!
- Jelaskan mengenai kegunaan kurikilum berdiferensiasi dan apa perbedaannya dengan kurikulum yang umum!
JAWABAN :
A.
1. Pengertian Keberbakatan
Keberbakatan adalah kemampuan unjuk kerja yang tinggi di dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemimpinan atau bidang akademik tertentu. Dalam konsep luas dan terpadu, keberbakatan merupakan kecakapan intelektual superior, yang secara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademiak di dalam kelompok populasinya dan atau berbakat tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik, kepemimpinan sosial dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksidengan lingkungan dimana kecakapan dan unjuk kerjanya itu ditampilkan secara konsisten.
2. Pengertian Kreativitas
Banyak buku yang membahas kreativitas, kelompok kami akan menyampaikan beberapa pendapat para ahli tentang kreativitas, yaitu:
a. Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. (K B B I)
b. Kreativitas adalah pengalaman mengekpresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. (Clark Moustatis)
c. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan baru yang menerapkannya dalam pemecahan masalah. (Conny R. Semiawan).
d. Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang ,kecenderungan untuk mengekpresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme (Rogers).
e. Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
a. Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. (K B B I)
b. Kreativitas adalah pengalaman mengekpresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. (Clark Moustatis)
c. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan baru yang menerapkannya dalam pemecahan masalah. (Conny R. Semiawan).
d. Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang ,kecenderungan untuk mengekpresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme (Rogers).
e. Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.
Berguna (useful): lebih enak , lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, memdidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/ banyak.
Dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu. (David Cambell)
Dari beberapa uraian definisi di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk cirri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan/ menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif (Utami Munandar: 1992)
Kreativitas menurut Guilfird (1956) dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun ciri-ciri non aptitude antar lain tempramen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas.
Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan/ menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif (Utami Munandar: 1992)
Kreativitas menurut Guilfird (1956) dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun ciri-ciri non aptitude antar lain tempramen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas.
3. Hubungan Keberbakatan & Kreativitas
Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
- Kemampuan umum di atas rata – rata,
- Kreativitas di atas rata – rata, dan
- Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
Kemampuan diatas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif. Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.
Kreativitas diatas rata -rata
Kelompok ( cluster) kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan – hubungan baru antara unsur – unsur yang sudah ada sebelumnya.
Pengikatan diri terhadap tugas
Kelompok karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas
B.
1. Ciri-Ciri Anak Berbakat
- Membaca lebih cepat dan lebih banyak
- Memiliki perbendaharaan kata yang lebih luas
- Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
- Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa
- Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
- Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
- Memberi jawaban-jawaban yang baik
- Dapat memberikan banyak gagasan
- Luwes dalam berpikir
- Terbuka terhadaprangsangan-rangsangan dari lingkungan
- Mempunyai pengamatan tajam
- Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
- Senang mencoba hal-hal yang baru
- Berperilakuterarah kepada tujuan
- Mempunyai banyak kegemaran
- Tidakcepatpuas dengan prestasinya
- Peka (sensitive) dan menggunakan firasat (intuisi)
- Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan
2. Penerapan belajar anak berbakat
a. Percepatan (akselerasi)
Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping). Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental (mental age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih ‘tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya’ masalah-masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di lingkungan sosialnya. Percepatan yang diberikan kepada anak berbakat untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa.
b. Pendidikan dalam Kelompok khusus
1) Model A
Kelas bisaa penuh ditambah kelas khusus (mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolah karena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus. Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan dengan kemampuan khusus (misalnya matematika) ditambah.
2) Model B
Pada model ini anak mengikuti kelas bisaa tetapi tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk melakukan dalam mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya.
3) Model C
Pada model ini semua anak berbakat dimasukan dalam kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian pula guru-gurunya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
4) Model D
Pada model ini, merupakan sekolah khusus yang hanya mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas mudah diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan sekolah khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa.
c.Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah).
Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
d. Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.
Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
b. Pendidikan dalam Kelompok khusus
1) Model A
Kelas bisaa penuh ditambah kelas khusus (mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolah karena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus. Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan dengan kemampuan khusus (misalnya matematika) ditambah.
2) Model B
Pada model ini anak mengikuti kelas bisaa tetapi tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk melakukan dalam mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya.
3) Model C
Pada model ini semua anak berbakat dimasukan dalam kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian pula guru-gurunya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
4) Model D
Pada model ini, merupakan sekolah khusus yang hanya mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas mudah diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan sekolah khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa.
c.Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah).
Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
d. Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.
Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
3. Kurikulum Berdifferensiasi
Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulu menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Pengembangan kurikulum berdiferensiasi terutama menunjuk seuatu kebutuhan berkenan dengan tumbuh kembangnya kreatifitas seseorang. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua siswa, kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
Clendeing&davies (1983) menjelaskan bahwa yang dimaksud differentiated adalah isi pelajaran yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa.
Dalam kurikulum berdifferensiasi terdapat beberapa komponen yang harus ada diantaranya:
1. Materi pengalaman belajar yang menumbuhkan kreatifitas harus dipilih untuk digemukkan dan dipadatkan dengan cara:
2. Menambah bagian-bagian baru yang menarik dan merupakan tantangan bagi siswa berbakat
3. Mengubah bagian-bagian yang kurang sesuai
4. Mengurangi kegiatan-kegiatan yang rutin dan bersifat mengulang
5. Terjadinya penanjakan dinamis mental dan tindakan kreatif (creative action)
6. Berorientasi pada proses, kegiatan aktif dan penerapan tugas, serta memberi peluang kepada siswa untuk memilih sendiri kegiatan belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya
7. Komponen yang bersifat tekhnis, seperti fasilitas, komposisi guru, pendekatan proses belajar mengajar dan penggunaan metode mengajar yang bervariasi.
Diferensiasi kurikulum bagi anak gifted dapat dibagi dalam 4 bentuk (Mooij dkk, 2007) yakni:
1. Pengkayaan (enrichment): yaitu berupa tawaran ekstra materi pelajaran yang dimaksudkan untuk pendalaman dan perluasan.
2. Pemadatan atau pemampatan (compacting): yaitu berupa pemampatan materi pelajaran reguler. Atau dengan kata lain bahwa pelajaran yang diberikan tidak perlu dilakukan pengulangan-pengulangan yang memang diperlukan sebagai latihan bagi anak-anak normal.
3. Paruh waktu (part-time) dalam kelompok-plus atau kelas-plus (pull-out): Dimana dalam kelompok/kelas itu diadakan ekstra aktivitas atau program yang menantang khusus untuk anak-anak gifted. Kegiatan dalam kelompok/kelas plus ini dilakukan beberapa jam dalam satu minggu. Bila anak-anak gifted tersebut membutuhkan kegiatan yang menantang guna memenuhi kebutuhan keberbakatannya, ia dapat sementara waktu keluar dari kelasnya (pull-out), masuk ke dalam kelompok-plus atau kelas-plus tersebut, bersama-sama dengan anak anak gifted lainnya dalam berbagai usia mengerjakan berbagai proyek yang diminatinya. Kelas-kelas seperti ini sering juga disebut Kangaroo-class.
4. Percepatan (acceleration): yaitu berupa lompat kelas (Class skipping). Namun percepatan ini membutuhkan beberapa pertimbangan berupa: kematangan sosial emosional, kapasitas intelektual, prestasi, adanya lompatan perkembangan didaktik, persetujuan orang tua
Dalam kurikulum berdifferensiasi dikenal juga tentang matra kurikulum. Matra Merupakan kumpulan kegiatan belajar dasar untuk pengembangan lebih lanjut dan memenuhi kebutuhan ana secara umum, sehingga kurikulum berdiferensiasi ini sebenarnya bertitik tolak pada kurikulum umum yang berlaku bagi semua siswa. Pengalaman belajar dari kurikulum umum ini memberikan keterampilan dasar, pengetahuan, pemahaman, nilai dan sikap yang akan memungkinkan seseorang berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat. Diantara macam matra tersebut adalah:
1. Matra Yang Didiferensiasikan
Berkaitan dengan ciri khas perkembangan anak berbakat dan merupakan kurikulum yang dikembangkan secara mendalam. Sifatnya terutama memenuhi harapan, kepentingan, tuntutan kebutuhan peserta didik unggul, terutama berkaitan dengan kehidupan kreatifnya
2. Matra Subliminal
Matra subliminal ini berkaitan dengan latar belakang budaya yang merupakan konteks pendidikan dan harus ditandai oleh iklim akademis. Iklim akademis, pergaulan antasesama siswa, antarguru dan siswa, guru dan guru, serta kepala sekolah, peraturan disiplin yang berlaku yng memadai interaksi belajar, merupakan suasana yang amat menentukan kualitas belajar.
3. Matra non akademis
Dalam upaya agar materi belajar tidak terlalu sempit dan terbatas pada pengetahuan yang disajikan di buku ajar dan kurikulum sekolah, berbagai wahana luar sekolah seperti kegaitan di masyarakat, televise, museum, radio juga harus mendukung matra yang didiferensiasikan. Dai sini dapat digali pembelajaran melalui pengalaman langsung dengan mengemukakan hal-hal yang sebelumnya hanya dibaca.
Clendeing&davies (1983) menjelaskan bahwa yang dimaksud differentiated adalah isi pelajaran yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa.
Dalam kurikulum berdifferensiasi terdapat beberapa komponen yang harus ada diantaranya:
1. Materi pengalaman belajar yang menumbuhkan kreatifitas harus dipilih untuk digemukkan dan dipadatkan dengan cara:
2. Menambah bagian-bagian baru yang menarik dan merupakan tantangan bagi siswa berbakat
3. Mengubah bagian-bagian yang kurang sesuai
4. Mengurangi kegiatan-kegiatan yang rutin dan bersifat mengulang
5. Terjadinya penanjakan dinamis mental dan tindakan kreatif (creative action)
6. Berorientasi pada proses, kegiatan aktif dan penerapan tugas, serta memberi peluang kepada siswa untuk memilih sendiri kegiatan belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya
7. Komponen yang bersifat tekhnis, seperti fasilitas, komposisi guru, pendekatan proses belajar mengajar dan penggunaan metode mengajar yang bervariasi.
Diferensiasi kurikulum bagi anak gifted dapat dibagi dalam 4 bentuk (Mooij dkk, 2007) yakni:
1. Pengkayaan (enrichment): yaitu berupa tawaran ekstra materi pelajaran yang dimaksudkan untuk pendalaman dan perluasan.
2. Pemadatan atau pemampatan (compacting): yaitu berupa pemampatan materi pelajaran reguler. Atau dengan kata lain bahwa pelajaran yang diberikan tidak perlu dilakukan pengulangan-pengulangan yang memang diperlukan sebagai latihan bagi anak-anak normal.
3. Paruh waktu (part-time) dalam kelompok-plus atau kelas-plus (pull-out): Dimana dalam kelompok/kelas itu diadakan ekstra aktivitas atau program yang menantang khusus untuk anak-anak gifted. Kegiatan dalam kelompok/kelas plus ini dilakukan beberapa jam dalam satu minggu. Bila anak-anak gifted tersebut membutuhkan kegiatan yang menantang guna memenuhi kebutuhan keberbakatannya, ia dapat sementara waktu keluar dari kelasnya (pull-out), masuk ke dalam kelompok-plus atau kelas-plus tersebut, bersama-sama dengan anak anak gifted lainnya dalam berbagai usia mengerjakan berbagai proyek yang diminatinya. Kelas-kelas seperti ini sering juga disebut Kangaroo-class.
4. Percepatan (acceleration): yaitu berupa lompat kelas (Class skipping). Namun percepatan ini membutuhkan beberapa pertimbangan berupa: kematangan sosial emosional, kapasitas intelektual, prestasi, adanya lompatan perkembangan didaktik, persetujuan orang tua
Dalam kurikulum berdifferensiasi dikenal juga tentang matra kurikulum. Matra Merupakan kumpulan kegiatan belajar dasar untuk pengembangan lebih lanjut dan memenuhi kebutuhan ana secara umum, sehingga kurikulum berdiferensiasi ini sebenarnya bertitik tolak pada kurikulum umum yang berlaku bagi semua siswa. Pengalaman belajar dari kurikulum umum ini memberikan keterampilan dasar, pengetahuan, pemahaman, nilai dan sikap yang akan memungkinkan seseorang berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat. Diantara macam matra tersebut adalah:
1. Matra Yang Didiferensiasikan
Berkaitan dengan ciri khas perkembangan anak berbakat dan merupakan kurikulum yang dikembangkan secara mendalam. Sifatnya terutama memenuhi harapan, kepentingan, tuntutan kebutuhan peserta didik unggul, terutama berkaitan dengan kehidupan kreatifnya
2. Matra Subliminal
Matra subliminal ini berkaitan dengan latar belakang budaya yang merupakan konteks pendidikan dan harus ditandai oleh iklim akademis. Iklim akademis, pergaulan antasesama siswa, antarguru dan siswa, guru dan guru, serta kepala sekolah, peraturan disiplin yang berlaku yng memadai interaksi belajar, merupakan suasana yang amat menentukan kualitas belajar.
3. Matra non akademis
Dalam upaya agar materi belajar tidak terlalu sempit dan terbatas pada pengetahuan yang disajikan di buku ajar dan kurikulum sekolah, berbagai wahana luar sekolah seperti kegaitan di masyarakat, televise, museum, radio juga harus mendukung matra yang didiferensiasikan. Dai sini dapat digali pembelajaran melalui pengalaman langsung dengan mengemukakan hal-hal yang sebelumnya hanya dibaca.